Perjuangan Meraih Impian
Judul :
Pemburu Rembulan
Penulis :
Arul Chandrana
Penerbit
:
Gradienmediatama
Tanggal
terbit :
Juli, 2011
Jumlah
Halaman : 416 Berat Buku
No.
ISBN :
9786022080107
Pemburu
rembulan adalah sebuah novel yang terinspirasi kisah nyata dari dua orang
pemuda yang bernama Arul dan Amar. Mereka berdua mempunyai cita-cita dan
tantangan yang berbeda pula. Dan kisah itu terangkum di pulau kecil nan
eksotis, Pulau Bawean. Amar sesosok pengusaha muda yang bisnisnya sedang
berkembang. Pria ini seorang bujangan dan tidak terbebani tanggungan mengurus
adik ataupun orangtua, serta lebih menyukai tantangan dalam berbisnis daripada
mencari mudahnya mengumpulkan keuntungan. Prinsip hidupnya yang merdeka membuat
bisnis baginya seperti sebuah petualangan mendaki gunung. Ditinggalkannya
tawaran usaha yang terlalu mudah, kegiatannya maupun pencapaian labanya atau
yang profitnya tampak lebih besar daripada usaha yang dikerjakan, serta bisnis
yang justru menghancurkan orang lain, baik orang lain itu sadar maupun tidak
sadar. Menjadi seorang calo tugas kuliah atau mengerjakan tugas orang lain demi
imbalan adalah salah satu pekerjaan haram yang dihindarinya, apalagi bisnis
yang seakan membuka peluang besar tapi sebenarnya mengandung tipuan yang
merugikan. Menguras sumber daya pelakunya demikian banyak, padahal jika sumber
daya itu dikerahkan untuk jenis usaha yang lain ia pasti mendapatkan keuntungan
dan kepuasan jauh lebih melimpah. Amar tidak akan pernah melakukan
pekerjaan-pekerjaan semacam itu, sekalipun semua lowongan pekerjaan di muka
bumi sudah tutup, itulah sebabnya dia selalu mendebat setiap pelaku MLM yang
ditemuinya.
“Kau
ingat,” kata Amar suatu ketika pada sahabat baiknya Arul. “Dulu waktu SMA, aku
pernah berencana mendaki gunung, tapi orang tuaku menolaknya, bahkan sampai
mengancam. Ibuku semaput. Mereka bilang, aku sekalian gak usah turun
dari puncak jika tetap nekad melaksanakan rencana berbahaya itu. Sekarang,
kayaknya aku sudah tidak mungkin lagi untuk ngotot mendaki gunung. Olehkarena
itu, kegiatan bisnis ini kujadikan sebagai suatu metafora pendakian gunung yang
tak pernah kesampaian itu. Kau tahu, rasanya menyenangkan dan menegangkan.”
Itulah
Amar. Dia mencari tantangan. Dia mencari keindahan selepas kesusahakan
membawanya, juga sahabatnya, menuju keajaiban yang bahkan tak pernah
terbayangkan oleh dirinya sendiri akan menjadi begitu eksotis.
Lain
Amar, lain pula dengan kisah Arul. Arul kini bekerja di sebuah lembaga
pendidikan swasta. Pria ini memiliki kisah yang tidak menyenangkan dimasa
kecilnya, bisa dkatakan bocah yang terkucilkan. Tidak ada seorang
pun teman yang begitu dekat dengannya. Dia juga tidak yakin apakah ia masih
menginginkan teman. Tapi itu salah, semenjak kuliah ia memiliki teman yang
telah mengubah begitu banyak sudut pandangnya ketika bertemu dengan Amar dan
David. Bahkan waktu kuliah dulu, teman dan dosen menyebut mereka “Tiga
serangkaian yang mengherankan”. Tapi David telah dahulu mengahadap sang khaliq
setelah kecelakaan yang telah dialaminya.
Umbi scratophy dan TPA Somor
Kisah
novel ini dimulai ketika amar mengajak arul untuk pergi ke Pulau Bawean yang
terletak di bagian utara Pulau Jawa. Di Pulau Bawean tepatnya di Kampung Somor,
Amar hendak membudidayakan umbi scratophy, salah satu dari bahan baku
alami yang sangat diincar perusahaan-perusahaan kesehatan internasional. Sebab,
umbi itu dapat menghancurkan kanker dalam hitungan minggu. Ia memilih Pulau
Bawean karena di Jawa lahan yang cukup dan cocok untuk membudidayakannya tidak
ada. Ia membutuhkan tempat yang luas, kering, bermandikan cahaya matahari,
dekat pantai, tapi teduh dan bebas polusi, dan ciri-ciri
seperti itu hanya ada di Kampung Somor, Pulau Bawean.
Sesampai
di Kampung Somor Arul dan Amar disambut baik oleh warga dan lurah
Kampung Somor, Pak Mustar. Apalagi ketika Amar menceritakan mengenai umbi scratophy
wajah para warga Somor seperti bersinar karena harapan sepertinya akan datang.
Apalagi dengan Pak Mustar selaku ketua kampung dan orang yang bertanggung jawab
akan kehidupan rakyat, sungguh sangat berterima kasih atas kesediaan mereka
berdua yang akan membuka usaha di kampungnya. Sebab di Kampung Somor saat ini
tak ada lagi pekerjaan selain melaut dan cari kayu, atau nguli ngeruk pasir di
tebing gunung yang resikonya bisa mati di tebing gunung, atau kalau ingin cepat
kaya, terbang jauh ke negeri jiran, Malaysia itu pun kalau tak tertangkap
polisi, masuk kolap. Karena mereka tak punya pilihan lain, kalau diperiksa,
hampir di setiap rumah pasti ada yang merantau ke Malaysia. Ada yang sampai
puluhan tahun belum pulang juga. Sampai orang tuanya mati, anaknya tua dan
hampir tidak dikenali, bahkan ada yang istrinya sampai kawin lagi. Yah
begitulah nasib warga Kampung Somor dan mereka sangat berharap besar pada
rencana Amar dengan kunci umbi scratophy-nya itu.
Di
kampong Somor terdapat TPA Somor yang dikelola oleh Hirzi yang juga keponakan
Pak Mustar. TPA tersebut satu-satunya sekolahan yang ada di kampung ini itupun
tempat yang dipakai adalah Balai Desa, sebab warganya tak butuh Balai Desa yang
dibuhkan Cuma dua yaitu masjid yang digpergunakan hanya untuk shalat dan rumah untuk musyawarah. TPA Somor hanya
memiliki tiga belas siswa yang pastinya berbeda dari anak-anak kota biasanya.
Kenyataan sosial yang pahit
Pemandangan
Desa Somor sungguh sangat menakjubkan jika tidak terganggu oleh kenyataan
sosial pahit yang diendapnya. Karena kemiskinan dan kurangnya kesadaran dari
warga, tidak satupun gedung sarana pendidikan dibangun disini, baik sekadar
terbuat dari kayu, apalagi tembok. Bahkan tidak juga di sekitar kampung Somor.
Para keluaraga
nelayan disini merasa tidak ada gunanya punya anak yang pintar baca tulis. Yang
mereka inginkan adalah anak perempuan yang taat dan bisa memasak.
Mereka menganggap belajar hanya akan menghabisakan uang dan waktu mereka. Mereka
lebih memilih untuk menggunakan waktu mereka untuk bekerja agar dapat
menghasilkan uang, agar keluarga mereka dapat terpenuhi kebutuhannya.
Yah
memang begitulah yang juga terjadi di banyak tempat lain. Tidak ada yang
berbeda di negeri ini. Miris. Dan hanya kaum muda yang berjiwa besar,
bersemangat baja dan berpandangan jauh ke depan yang bisa mengubah keadaan ini.
Ternyata hal itu membuat Arul terhenyak hatinya dan ingin bertemu dengan Hirzi
yang baginya sosok mengagumkan. Ternyata setelah Arul terjun ke dunia pendidikan
TPA Somor ia merasa punya masalah dengan murid-murid Hirzi dan ia membantu
Hirzi dengan metode-metode
yang luar biasa
hingga membuat hirzi kagum padanya. Kisah-kisah yang ditulis penulis saat
menceritakan mengenai kegiatan Arul di TPA Somor sangat menyenangkan dan penuh
gairah hingga tampak 13 murid tersebut akhirnya berbeda dari sebelumnya. Dari
yang sebelumnya tidak bersemangat menjadi semangat, dan dari yang sebelumnya
mereka pikir belajar itu sangat membosankan menjadi sangat mengasyikkan
Kelebihan dari buku ini yaitu pada
ceerita yang dirajut dengan humor yang
jarang dilakukan oleh pengarang pada umumnya, hal inilah yang akan membuat
pembaca tidak bosan membaca setiap ukiran kata yang dicipta penulis. Walaupun
mengusung tema yang bukan hal asing lagi dalam dunia sastra, tapi setting, gaya bertutur, misi, dan alur
cerita yang kuat membuat novel ini terasa segar dan mengejutkan. Inilah certia
yang mengisahkan perjuangan anak muda yang menggugah, kisah-kisah yang juga
memberikan edukasi yang inovatif . Selain itu terletak pada covernya yang
menarik. Berwarna biru cerah dengan gambar bulan yang saling seakan-akan
dipancing, dan terdapat kapal di tengah pantai. Tampilan dari buku juga sangat
penting, karena biasanya orang akan tertarik membeli setelah melihat dari
tampilan buku tersebut.
Kekurangan dari buku ini yaitu
adanya bahasa asing yang tidak diterjemahkan maknanya ke dalam Bahasa Indonesia
sehingga hal tersebut dapat mengganggu pembaca dalam memahami isi dari cerita.Dan selebihnya saya rasa buku ini sangat bagus untuk dibaca, terutama bagi kalangan guru dan pejabat pemerintah agar tergerak hatinya untuk memajukan pendidikan di Indonesia ini.
0 komentar:
Posting Komentar