Selasa, 10 Januari 2012

Resensi Novel


Perjuangan Meraih Impian


Judul                          : Pemburu Rembulan
Penulis                       : Arul Chandrana
Penerbit                     : Gradienmediatama
Tanggal terbit            : Juli,  2011
Jumlah Halaman        : 416  Berat Buku
No. ISBN                   : 9786022080107



Pemburu rembulan adalah sebuah novel yang terinspirasi kisah nyata dari dua orang pemuda yang bernama Arul dan Amar. Mereka berdua mempunyai cita-cita dan tantangan yang berbeda pula. Dan kisah itu terangkum di pulau kecil nan eksotis, Pulau Bawean. Amar sesosok pengusaha muda yang bisnisnya sedang berkembang. Pria ini seorang bujangan dan tidak terbebani tanggungan mengurus adik ataupun orangtua, serta lebih menyukai tantangan dalam berbisnis daripada mencari mudahnya mengumpulkan keuntungan. Prinsip hidupnya yang merdeka membuat bisnis baginya seperti sebuah petualangan mendaki gunung. Ditinggalkannya tawaran usaha yang terlalu mudah, kegiatannya maupun pencapaian labanya atau yang profitnya tampak lebih besar daripada usaha yang dikerjakan, serta bisnis yang justru menghancurkan orang lain, baik orang lain itu sadar maupun tidak sadar. Menjadi seorang calo tugas kuliah atau mengerjakan tugas orang lain demi imbalan adalah salah satu pekerjaan haram yang dihindarinya, apalagi bisnis yang seakan membuka peluang besar tapi sebenarnya mengandung tipuan yang merugikan. Menguras sumber daya pelakunya demikian banyak, padahal jika sumber daya itu dikerahkan untuk jenis usaha yang lain ia pasti mendapatkan keuntungan dan kepuasan jauh lebih melimpah. Amar tidak akan pernah melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu, sekalipun semua lowongan pekerjaan di muka bumi sudah tutup, itulah sebabnya dia selalu mendebat setiap pelaku MLM yang ditemuinya.
“Kau ingat,” kata Amar suatu ketika pada sahabat baiknya Arul. “Dulu waktu SMA, aku pernah berencana mendaki gunung, tapi orang tuaku menolaknya, bahkan sampai mengancam. Ibuku semaput. Mereka bilang, aku sekalian gak usah turun dari puncak jika tetap nekad melaksanakan rencana berbahaya itu. Sekarang, kayaknya aku sudah tidak mungkin lagi untuk ngotot mendaki gunung. Olehkarena itu, kegiatan bisnis ini kujadikan sebagai suatu metafora pendakian gunung yang tak pernah kesampaian itu. Kau tahu, rasanya menyenangkan dan menegangkan.”
Itulah Amar. Dia mencari tantangan. Dia mencari keindahan selepas kesusahakan membawanya, juga sahabatnya, menuju keajaiban yang bahkan tak pernah terbayangkan oleh dirinya sendiri akan menjadi begitu eksotis.
Lain Amar, lain pula dengan kisah Arul. Arul kini bekerja di sebuah lembaga pendidikan swasta. Pria ini memiliki kisah yang tidak menyenangkan dimasa kecilnya, bisa  dkatakan  bocah yang terkucilkan. Tidak ada seorang pun teman yang begitu dekat dengannya. Dia juga tidak yakin apakah ia masih menginginkan teman. Tapi itu salah, semenjak kuliah ia memiliki teman yang telah mengubah begitu banyak sudut pandangnya ketika bertemu dengan Amar dan David. Bahkan waktu kuliah dulu, teman dan dosen menyebut mereka “Tiga serangkaian yang mengherankan”. Tapi David telah dahulu mengahadap sang khaliq setelah kecelakaan yang telah dialaminya.
 Umbi scratophy dan TPA Somor
Kisah novel ini dimulai ketika amar mengajak arul untuk pergi ke Pulau Bawean yang terletak di bagian utara Pulau Jawa. Di Pulau Bawean tepatnya di Kampung Somor, Amar hendak membudidayakan umbi scratophy, salah satu dari bahan baku alami yang sangat diincar perusahaan-perusahaan kesehatan internasional. Sebab, umbi itu dapat menghancurkan kanker dalam hitungan minggu. Ia memilih Pulau Bawean karena di Jawa lahan yang cukup dan cocok untuk membudidayakannya tidak ada. Ia membutuhkan tempat yang luas, kering, bermandikan cahaya matahari, dekat pantai, tapi teduh dan bebas polusi, dan ciri-ciri seperti itu hanya ada di Kampung Somor, Pulau Bawean.
Sesampai di Kampung Somor Arul dan Amar disambut baik oleh warga dan lurah Kampung Somor, Pak Mustar. Apalagi ketika Amar menceritakan mengenai umbi scratophy wajah para warga Somor seperti bersinar karena harapan sepertinya akan datang. Apalagi dengan Pak Mustar selaku ketua kampung dan orang yang bertanggung jawab akan kehidupan rakyat, sungguh sangat berterima kasih atas kesediaan mereka berdua yang akan membuka usaha di kampungnya. Sebab di Kampung Somor saat ini tak ada lagi pekerjaan selain melaut dan cari kayu, atau nguli ngeruk pasir di tebing gunung yang resikonya bisa mati di tebing gunung, atau kalau ingin cepat kaya, terbang jauh ke negeri jiran, Malaysia itu pun kalau tak tertangkap polisi, masuk kolap. Karena mereka tak punya pilihan lain, kalau diperiksa, hampir di setiap rumah pasti ada yang merantau ke Malaysia. Ada yang sampai puluhan tahun belum pulang juga. Sampai orang tuanya mati, anaknya tua dan hampir tidak dikenali, bahkan ada yang istrinya sampai kawin lagi. Yah begitulah nasib warga Kampung Somor dan mereka sangat berharap besar pada rencana Amar dengan kunci umbi scratophy-nya itu.
Di kampong Somor terdapat TPA Somor yang dikelola oleh Hirzi yang juga keponakan Pak Mustar. TPA tersebut satu-satunya sekolahan yang ada di kampung ini itupun tempat yang dipakai adalah Balai Desa, sebab warganya tak butuh Balai Desa yang dibuhkan Cuma dua yaitu masjid yang digpergunakan hanya untuk shalat dan rumah  untuk musyawarah. TPA Somor hanya memiliki tiga belas siswa yang pastinya berbeda dari anak-anak kota biasanya.
Kenyataan sosial yang pahit
Pemandangan Desa Somor sungguh sangat menakjubkan jika tidak terganggu oleh kenyataan sosial pahit yang diendapnya. Karena kemiskinan dan kurangnya kesadaran dari warga, tidak satupun gedung sarana pendidikan dibangun disini, baik sekadar terbuat dari kayu, apalagi tembok. Bahkan tidak juga di sekitar kampung Somor. Para keluaraga nelayan disini merasa tidak ada gunanya punya anak yang pintar baca tulis. Yang mereka inginkan adalah anak perempuan yang taat dan bisa memasak. Mereka menganggap belajar hanya akan menghabisakan uang dan waktu mereka. Mereka lebih memilih untuk menggunakan waktu mereka untuk bekerja agar dapat menghasilkan uang, agar keluarga mereka dapat terpenuhi kebutuhannya.
Yah memang begitulah yang juga terjadi di banyak tempat lain. Tidak ada yang berbeda di negeri ini. Miris. Dan hanya kaum muda yang berjiwa besar, bersemangat baja dan berpandangan jauh ke depan yang bisa mengubah keadaan ini. Ternyata hal itu membuat Arul terhenyak hatinya dan ingin bertemu dengan Hirzi yang baginya sosok mengagumkan. Ternyata setelah Arul terjun ke dunia pendidikan TPA Somor ia merasa punya masalah dengan murid-murid Hirzi dan ia membantu Hirzi dengan metode-metode yang luar biasa hingga membuat hirzi kagum padanya. Kisah-kisah yang ditulis penulis saat menceritakan mengenai kegiatan Arul di TPA Somor sangat menyenangkan dan penuh gairah hingga tampak 13 murid tersebut akhirnya berbeda dari sebelumnya. Dari yang sebelumnya tidak bersemangat menjadi semangat, dan dari yang sebelumnya mereka pikir belajar itu sangat membosankan menjadi sangat mengasyikkan
Kelebihan dari buku ini yaitu pada ceerita yang dirajut dengan humor  yang jarang dilakukan oleh pengarang pada umumnya, hal inilah yang akan membuat pembaca tidak bosan membaca setiap ukiran kata yang dicipta penulis. Walaupun mengusung tema yang bukan hal asing lagi dalam dunia sastra, tapi setting, gaya bertutur, misi, dan alur cerita yang kuat membuat novel ini terasa segar dan mengejutkan. Inilah certia yang mengisahkan perjuangan anak muda yang menggugah, kisah-kisah yang juga memberikan edukasi yang inovatif .  Selain itu terletak pada covernya yang menarik. Berwarna biru cerah dengan gambar bulan yang saling seakan-akan dipancing, dan terdapat kapal di tengah pantai. Tampilan dari buku juga sangat penting, karena biasanya orang akan tertarik membeli setelah melihat dari tampilan buku tersebut.
Kekurangan dari buku ini yaitu adanya bahasa asing yang tidak diterjemahkan maknanya ke dalam Bahasa Indonesia sehingga hal tersebut dapat mengganggu pembaca dalam memahami isi dari cerita.Dan selebihnya saya rasa buku ini sangat bagus untuk dibaca, terutama bagi kalangan guru dan pejabat pemerintah agar tergerak hatinya untuk memajukan pendidikan di Indonesia ini.

0 komentar:

Posting Komentar